Menjadikan Islam Sebagai Mab'da Kehidupan

Selasa, 19 Juni 2012

SIYASAH ISLAM BAGIAN I


Siapa saja yang bangun di pagi hari, sementara perhatiannya lebih banyak tertuju pada kepentingan dunia, maka ia tidak berurusan dengan Allah. Siapa saja yang tidak memperhatikan urusan kaum Muslim  maka ia tidak termasuk golongan mereka (kaum Muslim).
(HR al-Hakim dan al-Khatib dari Hudzaifah ra.).
            WA. Robson mendefinisikan politik sebagai ilmu yang mempelajari kekuasaan dalam  masyarakat, yaitu sifat hakiki, dasar, proses-proses, ruang lingkup dan hasil-hasilnya. Focus perhatian seorang sarjana politik tertuju pada perjuangan untuk mencapai atau mempertahankan kekuasaan, melaksanakan kekuasaan atau pengaruh atas orang lain, atau menentang pelaksanaan kekuasaan itu.
            Pemikiran politik seperti diatas merupakan sedikit dari pandangan dan teori yang diterima oleh setiap bangsa. Layaknya adagium, “Tidak ada kawan dan lawan yang abadi dalam politik; yang ada hanya kepentingan abadi,” teori dan pemikiran tersubut sudah diterima sebagai suatu kelaziman dan kebenaran, termasuk oleh kaum Muslim. Sebagian kaum Muslim menerima apa adanya teori dan pemikiran politik semacam ini. Sebagian yang lain mengkompromikannya dengan Islam. Namun, tidak sedikit kaum Muslim yang memandang “politik itu kotor”. Kelompok yang terakhir ini berpendapat bahwa politik bukanlah bagian dari Islam. Bahkan dikatakan, Islam mengharamkan politik dan aktivitas politik.
            Bagaimana sebenarnya pandangan Islam mengenai politik? Apakah politik menurut Islam sama dengan politik dalam kacamata demokrasi? 

Pemikiran Islam
            Islam adalah metode kehidupan yang unik; berbeda sama sekali dengan agama maupun ideologi lain. Dari segi wilayah ajarannya, Islam bukan saja agama yang mengurusi masalah ruhiah (spiritual), namun juga masalah politik (siyasah). Dengan kata lain, Islam adalah akidah yang bersifat spiritual dan politik (al-‘aqidah ar-ruhiyah wa as-siyasiyah). Islam mengatur masalah yang berhubungan dengan akhirat seperti surga-neraka, pahala-siksa, ibadah (shalat,puasa zakat, haji,dll);sekaligus juga mengatur urusan kehidupan duniawi seperti politik, ekonomi, social, pemerintahan, pendidikan, hukuman dan sebagainya.
            Politik Islam (as-siyasah al-islamiyah) bermakna pengaturan urusan umat dengan aturan-aturan Islam, baik di dalam maupun luar negeri (ri’ayah syu’un al-ummah dakhiliy[an] wa kharijiy[an] bi al-ahkam al-islamiyah). Aktivitas politik dilaksanakan oleh rakyat (umat) dan pemerintahan (Negara). Pemerintah/Negara merupakan lembaga yang mengatur urusan rakyat secara praktis (‘amali). Lalu umat mengontrol sekaligus mengoreksi (muhasabah) pemerintahan dalam tugasnya. Secara etimologis, politik (siyasah) berasal dari kata sasa-yasusu-siyasat[an] yang berarti mengurusi kepentingan seseorang.
            Dalil-dalil syariah dari beberapa hadits menggambarkan adanya aktivitas penguasa, koreksi dan kontrol terhadapnya serta kewajiban mengurusi kepentingan kaum Muslim, yang semuanya itu merupak akivitas politik (ri’ayah syu’un). Di antaranya:
Seseorang yang ditetapkan oleh Allah untuk mengurus kepentingan umat, tetapi dia tidak memberikan nasihat kepada mereka, tidaklah akan mencium bau surga.
(HR al-Bukhari dari Ma’qil bin Yasar ra)
Tidaklah seorang hamba ditetapkan oleh Allah untuk mengurus rakyat, lalu mati dalam keadaan menipu mereka, kecuali Allah akan mengharamkan dirinya masuk ke dalam surga.
(HR al-Bukhari dan Muslim dri Ma’liq bin Yasar ra)
“Akan ada para penguasa. Lalu di antara kalian ada yang mengetahui kemungkarannya dan ada pula yang mengingkarinya. Siapa saja yang mengetahui kemungkarannya dan tidak membenarkannya maka dia tidak berdosa. Siapa saja yang mengingkari kemungkarannya dan berusaha meluruskannya maka dia akan selamat. Namun, siapa saja yang meridhai dan mengikuti kemungkarannya maka dia berdosa.” Para Sahabat bertanya,”Apakah kita tidak memerangi saja mereka?” Nabi saw., menjawab,”Tidak, selama mereka menegakkan shalat”. (HR Muslim dari Ummu Salamah ra)
Jika seseorang melihat sesuatu yang tidak disukai dari pemimpinnya maka bersabarlah. Siapa saja yang memisahkan diri dari penguasa (pemerintahan Islam) walaupun sejengkal saja, lalu mati, maka matinya adalah mati Jahiliyah. (HR al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas ra)
Hadits – hadits diatas - baik yang berkenaan dengan penguasa dan kedudukannya, muhasabah umat terhadap penguasa, atau hubungan antar sesama kaum Muslim dalam mengurus kepentingan mereka dan untuk saling menasihati-semuanya menunjukkan makna politik, yaitu mengurusi kepentingan umat.
Dalil – dalil syariah tersebut menunjukkan bahwa politik adalah unsur terpenting dalam Islam. Peduli dan sibuk dengan aktivitas politik untuk mengurusi kepentingan umat Islam, khususnya berusaha untuk menegakkan Islam di muka bumi, merupakan kewajiban terbesar kaum Muslim. Sebab, pengaturan urusan umat Islam harus diselenggarakan oleh Negara dengan hanya merujuk pada hukum – hukum dan solusi Islam. Intinya, aktivitas politik untuk menerapkan hukum Islam secara sempurna (kamil[an]) dan menyeluruh (syamil[an]) adalah wajib bagi setiap Muslim.
Dari definisi ini jelaslah bahwa politik (siyasah) dalam Islam adalah ri’ayah syu’un al-ummah (mengurusi urusan umat), bukan seperti politik dalam demokrasi yang berorientasi pada kekuasaan dengan mengabaikan aturan – aturan Al-Khaliq. Aktivitas politik dalam demokrasi yang menghalalkan segala cara, menerapkan dan membuat hukum – hukum buatan manusia serta mengeliminasi hukum – hukum Allah, merupakan kemaksiatan. Sebaliknya, aktivitas politik dalam Islam yang bertujuan untuk menegakkan hukum – hukum Allah dan menjadikan Islam sebagai rahmatan lil’alamin merupakan kewajiban.




Sumber: MDI (Islam dari akar hingga ke daun)



»»  READMORE...

Jumat, 08 Juni 2012

Karena Allah Menyayangimu

"...Karena Allah menyayangimu, Ia menciptakanmu.
Karena Allah menyayangimu, Ia titipkan amanah langit di bahumu
Karena Allah menyayangimu, Ia percaya dirimu mampu
Percayalah, karena Allah menyayangimu, Ia ciptakan air mata untukmu
Karena Allah menyayangimu, Ia ciptakan orang sekitarmu tersenyum untuk menguatkanmu
Semua takkan terjadi, kecuali karena Allah Menyayangimu..."
-Multazimah Mumtaz,  ditulis kala air mata seharmonis nada air hujan. :)
# # #

   "..aku hanya seorang remaja biasa, hingga akhirnya aku merasa Dia memelukku dengan cintanya dan mengubah separuh jalan hidupku.." Jemari Hanin yang sedari tadi menarikan pena mendadak terhenti, suara ketukan di pintu kamarnya membuat ia mengangkat kepalanya yang sedari tadi tertunduk karena menulis di meja belajarnya.
   "Dik, aku boleh masuk?" Suaranya khas, itu suara Laila, kakak satu-satunya Hanin.
   "Masuk aja, kak. Gak dikunci kok." jawab Hanin agak sedikit dingin.
   Perlahan Laila memasuki kamar Hanin, lalu duduk di tepian kasur. Hatinya bergemuruh tak keruan. Keheningan tak kunjung terpecah sejak ia melangkah masuk ke kamar adik semata wayangnya itu."Dik.. Kamu gapapa kan?" Tanya Laila, lembut. 
   "Menurut kakak?" Jawab Hanin dengan agak ketus.
   "Dik, aku ngerti perasaanmu.."
   "Kakak nggak ngerti apapun tentang aku, termasuk perasaanku!" Potong Hanin tanpa menunggu kalimat laila terselesaikan.
   "Dik.."
   "Keluar! Dan jangan ganggu aku!" bentak Hanin pada  Laila. Laila menurut, air matanya terjatuh saat pintu kamar Hanin ditutup kasar.Hanin terduduk bersandar pintu, air matanya tak urung ikut terjatuh, tulisannya tadi ia sobek paksa dari buku lalu ia remas remas dan akhirnya mendarat manis di tempat sampah.


~Keesokan Pagi~
Laila's Side


   "Dik, sarapan dulu, baru berangkat sekolah." Ujarku saat meliat Hanin menuruni tangga. Jaket bertudung warna biru dongker favoritnya menutupi kepalanya yang terbalut kerudung. Bola basket oranye hitam melompat-lompat mengikuti gerakan tangannya.
   "Gak lapar." Jawab Hanin sambil tetap memantulkan bola basketnya.
   "Tapi kamu harus tetap sarapan, dik. Nanti kalo kamu.." Ucapanku menggantung tanpa terselesaikan.
   Hanin tetap melangkah keluar. "Berangkat, kak. Assalamu'alaikum."
   "Wa'alaikumsalam." Jawabku sambil menghembuskan nafas.


   Hari ini kuliahku kosong, setidaknya aku punya cukup waktu untuk lebih mengenal siapa adikku itu. Akupun melangkah ke kamarnya. Hanin. Nama yang sebetulnya sangat kurindukan. Kamar Hanin tak terkesan kamar seorang akhwat, apalagi kalau sudah SMA seperti dirinya. Hanin ternyata tak seperti namanya, stik baseball, mobil R/C, miniatur mobil. Aku yakin takkan ada yang mengira ini kamar seorang akhwat seperti dirinya. 
   Pandanganku beralih ke rak bukunya. Hmm, lima belas tahun tak bertemu membuatku terkesima akan tingkah lakunya. Sastra?! Hal yang langka di keluarga kami yang rata-rata politikus dan pengusaha. Kedua kakekku adalah pengamat hukum, sementara nenek dari papa adalah seorang pengusaha, dan nenek dari iu adalah seorang aktivis sosial yang juga memiliki beberapa usaha. Tak tahu darimana darah sastra Hanin mengalir, aku kembali tercengang. sebuah buku harian!! Dengan cover hitam bergambar siluet kucing warna putih. Aku gemetar memegangnya, hatiku mengatakan untuk membacanya, namun nuraniku masih menolak. 
   "Hanin, lima belas tahun tak bertemu, membuatku tak mengenali kalau kau adikku, dik. Bahkan aku tak ingat aku memiliki adik. Usiamu yang hanya terpaut lima tahun dariku membuatku belum bisa mengingat dengan begitu kuat. Maafkan aku ya, dik." gumamku. Air mataku menetes. Tekadku bulat, aku akan membaca buku harian Hanin. Namun..
   "Kriiingg.." telepon rumahku berbunyi. Segera aku menjawabnya. "Halo, Assalamu'alaikum."

   "Wa'alaikumsalam, dengan saudaranya ananda Hanin?"
   "Ya, saya kakaknya. Ada apa ya?"
   "Kami dari pihak rumah sakit, adikmu sedang dirawat di RS al-Khair karena kecelakaan. Ia ditabrak lari oleh mobil. Bisa anda segera kesini?"
   "Innalillah, baik, saya akan segera kesana. Assalamu'alaikum."
   "Wa'alaikumsalam."
   Aku kalut, pikiranku tak tentu arah. Dengan bergegas aku mengambil kunci mobil peninggalan papa dan mengemudikannya menuju rumah sakit yang dimaksud.


  *R.S Al-Khair.*


   Dengan setengah berlari aku memasuki rumah sakit. Gamis hijau muda dengan balutan kerudung warna senada yang kupakai sedikit berkibar. Tujuanku meja informasi, tapi dimana? Ya, disana rupanya. Wajahku pucat pasi saat hendak menuju meja informasi, sebuah bangsal berisi pasien yang berlumuran darah melintas tepat didepanku. Pasiennya seorang perempuan dengan balutan seragam putih abu-abu berlapis jaket biru dongker! Hanin! Jantungku berdetak tak keruan saat melihatnya. Dia Hanin, adikku.Adik yang baru kutahu setelah lima belas tahun dari surat yang papa tulis sebelum menyusul kepergian mama karena kanker rahim yang diidapnya.Adik yang diadopsi orang setelah mama melahirkan karena kondisi ekonomi kami yang saat itu sedang kacau, krisis moneter kala itu penyebab perusahaan papa bangkrut.
   Bangsal itu menuju ICCU. Air mataku tumpah, tanpa sadar aku berteriak menyebut nama adik semata wayangku itu.




# # #


   Buku harian Hanin masih kupegang, disisiku Hanin masih belum sadar, bajunya telah terganti dengan baju pasien. Kepalanya tak lagi terbalut kerudung putih yang biasa ia kenakan. Rambutnya yang panjang terurai dengan perban yang melingkari kepalanya. Wajahnya pucat pasi. Aku menatap wajahnya lama. Itu wajah yang sama denganku, mata yang sama denganku yang kini terpejam. Ah, kami mirip. Jelas, ia adik kandungku, adik yang luar biasa di mataku, adik yang harus dikorbankan demi hidupku. Adik yang harus kutemukan kembali untuk membayar hutang budiku, papa juga mama. 


Dengan Nama Allah, Maha Pengasih, Maha Penyayang.
Allah, kenapa harus sekarang? Setelah lima belas tahun aku bersama Ummi dan Abi, kenapa baru sekarang Engkau ungkap rahasia yang begitu besar dalam hidup hamba? Kenapa baru Kau buka hati mereka tentang kehadiranku  setelah mereka pergi? Kenapa Engkau tak sempatkan hamba mencium tangan mereka? Mereka, papa dan mama kandungku, ya Allah. Seharusnya hamba berbakti pada mereka, mendo'akan mereka dalam tiap do'a syahdu dalam malam yang melarut. Allah, apakah hamba bisa menyayangi mereka sebagaimana hamba menyayangi Ummi Abi hamba yang telah membesarkan hamba? Apakah hamba bisa menerima Ka Laila sebagai kakakku sebagaimana hamba menganggap Mas Fadhly, Mas Arifin, dan Mas Ilyas sebagai abangku?
Allah, ini sulit, namun, mudahkanlah. Ini berat, namun, ringankanlah. Hamba ingin berbakti pada mereka, untuk membayar pengorbanan mama dalam merawat hamba kala dalam perutnya, mebayar letihnya mama dalam senyuman setelah berjuang antara hidup dan mati dalam melahirkan. Allah, hamba memang tak bisa mencium tangan mama dan papa hamba, namun tolonglah bayarkan kerinduan hamba atas sosok yang hamba rindukan. Engkau Maha Adil ya Allah, jadikan do'a hamba adalah do'a yang melantun untuk Abi dan Ummi, mas Fadhil, mas Arifin, mas Ilyas juga untuk papa dan mama serta Ka Laila. Aamiin.
#######


    Air mataku mengalir deras, do'a tulus dari seorang anak yang ikhlas dikorbankan, meski tak seperti Ismail yang harus disembelih Ibrahim, ayahnya sendiri. Aku menatap Hanin, ia masih terlelap dalam koma-nya. Aku membuka halaman yang terselip pembatas, halaman terakhir yang ia tulis.


#######
Dengan Nama Allah, Maha Pengasih, Maha Penyayang.
 Allah, menganggap seseorang menjadi seorang kakak itu sulit. Hamba sudah mencoba menerima Ka Laila dengan tulus ikhlas, tapi nyatanya hamba masih tak mampu. Hamba belum ikhlas menerima semua kenyataan ini, hamba masih merindukan bermain basket bersama abang-abang hamba, hamba masih rindu dipeluk Ummi, hamba masih rindu pujian Abi. Hamba rindu curhat dengan Ummi dengan diselipkan kata kata bijak ummi dalam tiap candanya.
Allah, hamba merasa bersalah dengan Ka Laila, Ka Laila sudah mencoba menjadi pengganti papa dan mama, tapi hamba belum bisa  menerimanya. Hamba sering membentak Ka Laila, mengabaikannya dan melakukan tindakan kasar padanya, tapi Ka Laila tetap sabar. Mungkin Ka Laila benar benar bisa merasakn perasaanku.
Harusnya hamba bersyukur, hamba punya papa dan mama (meski mereka telah Kau panggil) dan hamba juga punya Abi dan Ummi (yang selalu menganggap hamba anak mereka), hamba punya Mas Fadhli, Mas Arifin dan Mas Ilyas (yang terkadang suka mengusili hamba) dan hamba juga punya Ka Laila (yang selalu berusaha memahami hamba). Hamba seharusnya bersyukur, ini amanah langit yang Engkau percayakan pada hamba untuk memikulnya, Engkau percaya bahwa bahu hamba akan kuat menahan amanah ini. Air mata ini, tanda Engkau menyayangi hamba. Dan.... Engkau kirimkan orang orang yang selalu tersenyum untuk menguatkan hamba :)
Ini amanah dari-Mu, dan hamba yakin, hamba bisa menjadi hamba-Mu yang berguna bagi mereka. Mereka semua yang menyayangi hamba. 
 #######


     Air mataku banjir kembali untuk yang kesekian kalinya. Menjadi seseorang yang memiliki dua keluarga yang sama sama menyayanginya memang berat, dituntut untuk bersikap adil. Tapi ini bukan atas kemauannya, tapi atas keikhlasannya menjadi seorang hamba Allah. 




    "Kak... maafin Hanin ya, Hanin janji akan menyayangi Ka Laila tanpa membedakan dengan abang-abang Hanin.." Ucap Hanin kala ia terbangun dari komanya dan melihatku menangis.


    Aku Menyayangimu, adikku. Karena Allah :)




##############################################################################









cerpen ini dibuat untuk hiburan semata, kejadian, tokoh, nama atau apapun yang sama yang menjadi unsur cerpen ini bukan karena disengaja, maaf kalau ada kata-kata yang meyinggung atau membuat pembaca sakit hati. Jazakumullah Khairan Katsiran.

salam beriring do'a

Jelang Fajar Ilahi (alFajarillah)
»»  READMORE...

Rabu, 23 Mei 2012

THE IMPORTANCE OF PROCESS


Sepasang suami istri pergi berbelanja di sebuah toko untuk mencari hadiah buat anak mereka. Kemudian mata mereka tertuju kepada sebuah cangkir yang cantik. "Lihat cangkir itu," ujar sang istri kepada suaminya. "Benar, inilah cangkir tercantik yang pernah kulihat," ujar suami.

Saat mereka mendekati cangkir itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara “Terima kasih untuk perhatiannya, perlu diketahui dulunya aku tidak cantik. Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyalah seonggok tanah liat yang tak berguna. Namun suatu hari ada seorang pengrajin dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar.

Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing. Stop..! Stop ! aku berteriak, tapi orang itu berkata “belum..!” lalu dia mulai menyodok dan meninjuku berulang kali. Stop..! Stop ! teriakku lagi. Tapi orang ini masih saja meninjuku,tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih buruk lagi ia memasukkan aku kedalam perapian. Panas..! Panas..! Teriakku dengan keras. Berhenti..! Cukup..! Teriakku lagi. Tapi orang ini berkata”belum..!”

Akhirnya dia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin. Aku pikir, selesailah penderitaanku. Benarkah ? Oh.. ternyata belum. Setelah dingin aku diberikan kepada seorang wanita muda dan dia mulai mewarnai aku. Asapnya begitu memualkan. Stop..! Stop..! Aku berteriak.
Wanita itu berkata”belum!” Lalu dia memberikan aku kepada seorang pria dan dia memasukkan aku lagi ke perapian yang lebih panas dari sebelumnya! Tolong..! Hentikan penyiksaan ini..! Sambil menangis aku berteriak sekuat-kuatnya. Tapi orang ini tidak perduli dengan teriakanku. Dia terus membakarku. Setelah puas “menyiksaku” kini aku dibiarkan dingin.

Setelah benar-benar dingin, seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkan aku dekat kaca. Aku melihat diriku. Aku terkejut sekali. Aku hampir tidak percaya, karena di hadapanku berdiri sebuah cangkir yang begitu cantik.~~



Kisah inspiratif cangkir yang cantik diatas mengajarkan kita the importance of process alias pentingnya sebuah proses. Untuk menjadikan diri kita ‘sesuatu’ atau ‘seseorang’ yang special dan bernilai tambah, mesti ada proses yang kita jalani. Gak ada ceritanya sebuah kesuksesan sejati diraih dengan cara instan. Semuanya dibayar dengan cara kredit. Kalau kita ingin berprestasi dunia dan akhirat, persiapkan diri untuk menjalani prosesnya yang boleh jadi penuh dengan onak duri. Apapun yang dihadapi di tengah jalan, push through. Tetap jalani, karena dibalik setiap kesulitan aka nada kemudahan. Apalagi Allah SWT berjanji akan memudahkan jalan bagi hamba-hamba-Nya yang getol menuntut ilmu. Awali proses pencapaian prestasi dengan menuntut ilmu. Gali potensi diri yang akan dikembangkan untuk kebaikan umat. Lalu tentukan suatu saat nanti akan menjadi apa atau siapa sebagai tujuan hidup. Kemudian, susun langkah-langkah apa yang akan dilalui untuk meraih tujuan itu. Terakhir, mulailah melangkah dan nikmati prosesnya. Niscaya akan lahir generasi penerus dari al-Khawarizmi, Ibnu Sina, Ibnu Firnas atau Jabir Ibnu Hayyan. Dan kamu salah satunya!


D’RISE #22

»»  READMORE...

Senin, 12 Maret 2012

Maulid Oh Maulid


Maulid Oh Maulid


            Besok maulid, perayaan maulid di SD adikku. Katanya berbagai lomba akan digelar di sana. Dan adikku ingin sekali mengikuti salah satu lombanya “Peragaan busana muslim”.
            “Kak, besok  empat hari lagi disekolahku ada maulid.” Katanya padaku dengan senyumnya.
            “Lalu?”
            “Aku mau ikut lomba di acara maulidnya, kak. Lomba peragaan busana muslim.”
“Kamu mau pakai baju apa? Bukankah pakaianmu sudah kurang bagus? Lagipula kalaupun beli itu kan tak mungkin.”
“Aku mau minta sama ummi aja deh,” dan iapun mengatakan niatnya pada ummi. Dari kejauhan, engkau mengangguk, ummi. Kulihat pada gerakan kepala muliamu itu, ah, aku tak dapat melihat, namun hatiku mampu merasakan. Ummi.. empat hari bukanlah waktu yang panjang untuk mencari uang untuk sekedar membeli gamis baru untuk adik, atau bahkan sekedar menjahitnya. Membeli? Makanpun hanya dengan nasi dan lauk yang dibagi tiga, bagaimana mau membeli? Andai abi....

Siang itu juga kau menuju pasar, ummi. Menanyakan harga gamis manis berenda dengan warna cokelat muda itu. Seratus tujuhpuluh lima ribu kata sang penjual dan kau hanya tersenyum lalu pamit, dengan tangan hampa kau menuju rumah. Air matamu tertahan saat kau melihat si adik, terganti senyummu. Ah, ummi, bahkan engkau masih sanggup tersenyum saat seharusnya engkau mengurai air mata dan menangis.

Malamnya, aku melihatmu melalui mata hatiku. Kau membongkar tabunganmu, menghitungnya. Seratus ribu, gumammu, dengan gumaman yang mengiris batinku. Petang tadi, engkau hanya makan sesuap nasi putih, telur dadar hambar tanpa garam yang dibuat olehmu hanya dibagi dua untukku dan adik. Satu berdua.
Seusai menghitungnya, kau keluar dan membasuh beberapa organ tubuhmu, berwudhu. Lalu masuk kembali untuk menunaikan enam rakaat shalat tahajjud yamg dilanjut tiga rakaat witir dengan air mata yang tak hentinya mengalir. Kau tangguh, namun hatimu begitu suci untuk mengaku lemah dihadapan-Nya.

Jam masih menunjukkan pukul tiga dinihari. Kau telah terbangun untuk memasak makanan yang akan kau jual. Mencuci pakaian yang semalam dititip tetangga untuk kau cucikan. Dan terakhir, pukul lima subuh, kau telah bersiap menjadi buruh di pasar tradisional yang berjarak hampir empat kilometer dari rumah dengan berjalan kaki. Ya ummi, tak sanggup aku membayangmu. Andai ada hal yang mampu kulakukan...
Siangnya tak lantas kau diam, engkau menyeterika pakaian tetangga yang telah kau cuci. Lalu mengantar ke rumahnya, mengetuk pintunya sampil membawa pakaian yang telah tertumpuk rapi, dan berdo’a, berharap Allah menitipkan rezeki-Nya melalui perantara hamba-Nya sedikit lebih banyak dari biasanya. Kau lupa akan makan dan minummu, bagimu, nafas sudah lebih cukup dari apapun, nafasmu adalah do’amu, do’a untuk anak-anakmu yang terkadang justru sering merepotkanmu, tak mungkin—katamu—mampu hidup tanpa bernafas. Yang kau ingat hanya ingin membahagiakan anak-anakmu dan mencurahkan cintamu pada-Nya.
Malamnya, seperti sebelum-sebelumnya, telur dadar hambar yang dibagi dua untukku dan adik, dan hanya sesuap nasi yang kau makan dengan alasan ‘Ummi tidak lapar, nak’.


Hari demi hari seakan berlangsung begitu saja, hanya meninggalkan serpihan-serpihan keletihan di wajah muliamu, ummi. Uangmu, untuk pagelaran busana itu, masih kurang, ummi. Bahkan kau menunda untuk membayar kontrakan kita, demi mengukir senyum di wajah anakmu. Ummi...
Bukankah hari ini adalah hari ketiga? Besok sudah pagelaran busana itu, ummi. Sudahkah uangmu terkumpul untuk mengukir senyum di wajah adik?  Sudahkah engkau bersiap mengurai senyum berair mata bahagia atas senyum anak terakhirmu, anak yang fisiknya tak kurang suatu apapun? Anak yang engkau kandung di rahimmu selama sembilan bulan dan melahirkannya dengan perjuangan antara dunia dan akhirat?
Kau hitung lagi uang tabungan yang kau kumpulkan, jumlah yang masih sangat kurang jika engkau tidak meminta keringanan harga pada si empunya toko. Kau menggenggam uang hasil tetes peluhmu dan berjalan penuh semangat menuju toko yang telah kau janjikan tiga hari yang lalu. Senyummu merekah, membayang wajah gembira si adik. Tapi, apa yang kau dapatkan? Gamis impian adik telah terjual! Nyaris kau luruh ke tanah. Hatimu retak, senyum si adik mendadak terhapus dari anganmu. Hasil jerih payahmu—untuk gamis murah dan bagus satu-satunya itu, gamis impian anak bungsumu—sirna sudah. Air matamu nyaris menetes, ummi. Wahai ummi, tersenyumlah. Genggam tanganku untuk membantumu berdiri.
Semangatmu kembali. Kau tak lantas menyerah. Kau sambangi toko kain, membeli kain panjang berwarna cokelat muda, warna yang begitu manis dan sederhana. Kau pandai memilih, ummi. Kau lantas pulang, menuju mesin jahit tua peninggalan abi. Memotong kain  dan mulai menjahitnya, air matamu terurai, ummi. Siang berganti petang, tak ada jeda bagimu untuk berhenti dan beristirahat selain tur spiritual untuk berbicara pada Allah melalui do’a-do’a di setiap sujud panjangmu dalam shalat yang penuh kesyahduan. Tak ada kata makan dan minum menurutmu saat engkau menjahitnya. Mendadak kau terbatuk, ummi. Tanganmu menggenggam darah bercampur dahak. Kau sakit ummi? Apakah itu akibat terlalu seringnya udara malam menyambangimu? Kau sakit, dan selama ini kau sembunyikan dariku? Ummi, maafkan anakmu yang tak seperduli engkau padaku.
Tapi, batuk itu tak menghentikanmu, ummi. Engkau terus menjahit, walau batuk itu berkali-kali datang dan berkali-kali juga darah itu terurai. Berkali-kali pula mesin jahit tua itu berulah merepotkanmu, tapi tak terdengar sedikitpun keluhan darimu, yang ada hanya beberapa nama-Nya melantun dari mulutmu yang begitu mulia. Ah, ummi..
Malam telah larut, dan kau masih terjaga untuk menyelesaikan gamis yang tiap jahitannya tersurat cintamu, untuk anak bungsumu. “Sudahlah, mi, ada baiknya ummi tidur dulu.” Ujarku. Namun, kau menjawabnya dengan halus. “Tanggung kak, sebentar lagi.” Tak terasakah lelah yang menumpuk di bahumu? 
Adzan subuh berkumandang, tepat saat kau menyelesaikannya. Seusai shalat subuh, kaupun rehat. Kau memintaku untuk menunjukkan gamis—yang kuyakin indah—itu pada adik, kau berkata, kau begitu lelah dan harus beristirahat. Adikku terbangun, dan minta ditunjukkan gamis yang ia minta untuk peragaan busana itu. “Kak, gamisnya mana?” tanyanya. Aku menyerahkan gamis jahitan ummi padanya, dengan senyum dan kemantapan hati. Ia meraihnya, dan membolak-baliknya. Aku tersenyum, aku yakin adik akan suka. Itu gamis dengan semangat terbaik seorang ibu, dik.
“Apaan nih?” nada suaranya terlihat kecewa, bahkan marah.
“Itu gamis yang dijahit ummi untukmu. Bukankah itu adalah gamis yang indah?”
“Apanya? Apanya yang indah? Kau buta karena itu kau tak bisa membedakan mana yang indah dan mana yang amburadul.”
Dia menyebutkan kekuranganku. Aku memang tak sesempurna dirinya, aku cacat, dan ummi sendiri tak mempersoalkan hal itu. Aku tak tahu apa itu indah, bagiku, perjuangan ummi adalah yang terindah. Apakah itu salah?
Jam menunjukkan pukul 6, dia menghina gamis itu tapi dia tetap menggunakannya. Aku yakin, dia cantik. Dia lebih dari sekedar cantik. Dia akan terlihat begitu manis. Do’aku menyertainya. Dan diapun berangkat.
Aku membangunkanmu, ummi. Tapi engkau masih terlelap dalam tidurmu. Apakah itu adalah mimpi yang panjang nan indah? Akupun membiarkanmu beristirahat, tidurmu begitu lelap, ummi. Ah, andai aku dapat melihat wajahmu yang mulia itu.
Sebelum dzuhur, adik pulang. Dari jauh aku mendengar teriakannya memekik, menyebut panggilanmu, ummi. Ia menjuarai lomba itu! Juara atas gamismu, gamis yang dibuat penuh cintamu. Takkah kau bangga, ummi? Ummi? Apakah kau tak hendak terbangun dan melihat senyum anak bungsumu yang kini bersimpuh dihadapanmu? Bersimpuh untuk mengucap terimakasihnya padamu. Lihat senyumnya, ummi..
“Kak, ummi.. apakah ia tak mau bangun?” tanyanya padaku.
Sebentar, sepertinya aku mengetahui arah ucapannya. Maksudnya kau telah.. Ummi? Bangunlah, lihat senyumnya. Ummi, bangunlah, jangan terbuai mimpi, kami membutuhkanmu, ummi. Ummi tolong, tanganmu dingin, ummi..
Aku terkesima, lengkingan jerit adikku menyadarkanku...



“Ummi, tunggu aku di surga-Nya. Aamiin.”









Catatan kecil: Cerpen ini didedikasikan untuk seseorang yang merupakan tokoh utama di cerpen ini dan juga untuk para pengambil pelajaran. Kisah ini nyata, sebuah kejadian dari seorang sahabatku, saudaraku sesama muslimah yang kini juga telah berpulang. Untuk saudaraku, syukran atas sebuah kisah yang Insya Allah, pelajarannya dapat diambil semua pembaca, dan afwan, kisah ini kutulis bukan untuk menunjukkan kehidupanmu, aku mengambilnya untuk media dakwah, seperti cita-citamu. Semoga Allah mempertemukanmu dengan abi ummimu di surga-Nya.
Salam beriring do’a,
alFajarillah.
(Jelang Fajar Ilahi)
»»  READMORE...

Jumat, 10 Februari 2012

Surat Cinta Untuk Ummi

Bismillah..

Ummi, kutitipkan sepenggal rindu pada-Nya
Telahkah Ia menyampaikan melalui desau angin?
Atau melalui segulung ombak di laut?

Ummi, telah kutitip do'a selaksa cahaya untukmu pada-Nya
Adakah Ia menyampaikan melalui bulan yang bersinar lembut?
Atau Ia telah menyampaikannya melalui gemitang yang gemerlap?

Ummi, telahkah engkau tahu?
Rinduku hanya bagai sehelai rumput ditengah keras dan keringnya tanah di padang savana
Namun, rinduku takkan tumbang, ummi
Meski badai menerjang, meski panas menggersang
Karena haus akan air kasihmu yang laksana hujan

Ummi, apakah engkau tahu?
Ketika kasihku dan kasihmu menyatu, bertemu dan berpadu
Aku tak sadar kalau aku sedang mencintaimu
Tapi, kala engkau menjauh...
Baru terasa serpihan rindu merasuk kalbu
Sepi terasa menghunjam, menelisik hatiku

Ummi, tak dapat apa 'kan kuberi
Hanya sepenggal ayat surat cinta-Nya pengobat rinduku padamu
Dengan do'a di setiap penghujung waku




Ummi, aku mencintaimu....
dan kini aku rindu.....
»»  READMORE...

Senin, 16 Januari 2012

TOLAK FEMINISME!!


MHTI

What’s the meaning of feminisme??? Oke,sabar sabar sabar :D Bagi yang belom tau,atau yg udah tau tapi lupa,hehe nih ane kasih tau. Jadi feminsme atau yang biasa disebut emansipasi berasal dari bahasa latin yang artinya perempuan. Menurut Kamla Bhasin (bukan sodarnaya Arumi yaa :D) dan Ninghad Said Khan, Feminisme adalah suatu kesadaran  akan penindasan dan pemerasan terhadap perempuan dalam masyarakat, di tempat kerja dan dalam keluarga, serta tindakan sadar perempuan maupun laki-laki untuk mengubah keadaan tersebut. Lho, trus kenapa kita harus nolak feminisme? Bukannya feminisme itu baik untuk perempuan untuk mendapatkan segala hak-haknya? Nah pasti itu kan yg ada dibenak kalian. Jawabannya : Ya,Kita HARUS MEMERANGI paham barat itu. Kenapa? Ini dia penjelasannya..
Menurut mereka (kaum feminis), perempuan itu harus mampu mandiri, wanita harus bisa berdiri diatas kakinya sendiri,wanita harus bebas sebebas-bebasnya (halahh) menentukan sikap dan hidupnya, apapun kondisi yang dihadapi. Perempuan itu harus kuat secara keilmuan,secara material dan tentunya spiritual. Tapi liat faktanya ! Di Negara tercinta kita ini,yang sayangnya menganut system kapitalis-sekular, justru kekerasan, kemiskinan, dan ketertindasan yang dialami perempuan. Mau bukti?? Nih,ane kasih buktinya.
Mulai dari  persoalan lingkungan, kemiskinan hingga masalah buruh migran yang mayoritasnya perempuan. Tercatat dalam satu hari bisa 12 buruh migran tewas di negara tempat kerja, di tanah air ribuan buruh perempuan di PHK dan sampai kini masih ada  5,3 juta perempuan di atas 15 tahun yang buta aksara. Laporan terbaru Komnas Perempuan menunjukkan sepanjang tahun 2010 tercatat lebih dari seratus ribu kasus kekerasan pada perempuan, dimana lebih dari 90 persen kekerasan itu terjadi dalam Rumah Tangga. Selain itu, Komnas Perempuan juga mencatat  kekerasan dalam ranah negara meningkat delapan kali lipat dibanding tahun 2009 lalu. Selain itu, semakin hari jumlah perempuan dengan status ‘single parent’ dengan berbagai sebab musabab kian membengkak. Mulai dari janda yang ditinggal mati sampai single parent akibat pergaulan bebas. Padahal bisa dibayangin kan sulitnya menjalani segalanya dalam kehidupan berumah tangga ‘sendirian’. Mulai dari ngurusin anak sampai urusan nafkah. Kasian khaann. Hiks hiks !
Beda lagi nih dengan kasus KDRT yang gak mau kalah ikut-ikutan meningkat juga yang justru bikin ‘ogah’ bin trauma sebagian perempuan untuk bersuami lagi. “Mendingan diriku menjanda,ketimbang hidup meradang bersama suami bajingan.” Yah begitulah kira-kira. Miris ;(
Berkedok dibalik HAM dan isu si emasipasi wanita,para feminis tega menjungkir balikkan hukum-hukum Allah. Mereka anggap Syariat Islam itu tuh seperti PENJARA karena membatasi ruang gerak wanita yang sudah baligh untuk menutup aurat atau karena kewajiban seorang wanita untuk mengurus suami n anak-anak. Haa,benarkah semua itu?! Fitnah banget kan ?!! >.<
Allah SWT telah menetapkan dalam berbagai syariat bahwa wanita adalah barang berharga yang wajib dijaga. Hukum-hukum itu ditetapkan dengan maksud untuk menjaga kehormatan wanita.
Yang pertama ; syariah Islam telah menjadikan kehidupan manusia menjadi dua, yaitu kehidupan di dalam rumah dan kehidupan umum. Di dalam rumah, wanita hidup sehari-hari dengan mahram dan saudara perempuan mereka. Siapa saja yang mau masuk kedalam rumah hendaknya meminta ijin dulu sama si empunya rumah. Hal ini tuh dimaksudkan agar wanita yang ada didalamnya dibolehkan melepas jilbab,tidak terlihat auratnya oleh laki-laki lain yang bukan  mahramnya tentunya yaa (liat Q.S an-Nur;27). Dalam kehidupan umum Islam mewajibkan (dipaksakan lho) wanita untuk mengenakkan busana keluar rumah yang menutupi seluruh aurat (liat al-Ahzab;59,an-Nur;31).
Coba deh kita bandingkan Islam dengan paham sekuler yang berkembang sekarang ini. Menurut mereka nih (kaum kapitalis-sekuler) pakaian muslimah (kerudung dan jilbab) sebagai penghambat gerak wanita. Padahal apa yang terjadi jika wanita mengumbar auratnya?? Ow ow ow, mereka (kaum perempuan) menjadi korban pelecehan seksual dan menjadi objek industry pornografi-pornoaksi yang nyata-nyatanya nih sob,justru membahayakan kesucian dan kehormatan wanita.
Makanya, sudah seharusnya kita  (kaum hawa) MEMERANGI ideology FEMINISME,karena ya emang gak ada bagus-bagusnya tuh ideology. Perempuan udah kaya sapi perahan yang diumbar aset-aset kemuliaannya dan kehormatannya,cause anggapan mereka (kaum feminis) semua itu adalah mesin uang yang hidup n mampu memuaskan. Jahat bangetss kan !! ;( Feminisme harus dibantai abizz sampai titik darah penghabisan !! Tumbangkan Kapitalis-Sekuler,TEGAKKAN KHILAFAH ISLAMIYAH !! (^^)9

Sumber : Al-Waie,d'rise,komnasperempuan.or.id
~Afwan jika ada kesalahan dalam pengetikan
(Aldillah Djohan ^^)
»»  READMORE...

Sabtu, 14 Januari 2012

The Alay Generation

stop alaynisme !!
Alay! Nggak jelas sebenernya apa makna asli dari "Alay". Ada yang bilang Anak Layangan, Anak Lebay, anak melayu, anak kelayapan, dan bahkan ada yang menghubungkannya dengan anak JARPUL alias jarang pulang (bang Toyib kalee). Mengutip pendapat Koentjaraningrat (mudah-mudahan gak salah nulisnya,hehe) dalam mendefinisikan Alay,"Alay adalah gejala-gejala yang terjadi di tengah pemuda dan pemudi  Indonesia yang ingin diakui statusnya di tengah teman-temannya. Gejala ini akan mengubah gaya tulisan dan gaya berpakaian, sekaligus meningkatkan kenarsisan, yang cukup mengganggu masyarakat dunia maya. Diharapkan sikap ini hilang,jika tidak akan menggangu masyarakat sekitar."

Pendapat Selo Soemardjan nggak jauh beda,"Alay adalah perilaku remaja Indonesia yang membuat dirinya merasa keren, cantik, hebat diantara yang lain. Hal ini bertentangan dengan sifat rakyat Indonesia yang sopan santun dan ramah. Faktor yang menyebabkannya bisa melalui media TV, dan musisi dengan dandanan seperti itu." Di tengah-tengah remaja juga berkembang pandangan dan pengertian tentang alay, bahkan terjadi khilafiyah atau perbedaan pendapat tentang apa dan siapa kaum alay ini. Tapi ada satu pandangan seragam yang ditemukan, ternyata banyak pihak di kalangan remaja yang sebel berat sama anak-anak alay (keccuali anak-anak alay itu sendiri). Menurut mereka pokoknya anak alay itu kudu bertobat nasuha karena kelakuannya telah merusak citra anak muda dan mencolok mata. Tobat, Lay!

Katanya anak-anak alay itu sebenernya adalah anak kampungan dengan gaya yang maksa agar disebut anak gaul dan keren. Ternyata yang ada bukannya keliatan keren tapi malah bikin Eneg (maksudnya mual). Dalam gaya berpakaina contohnya, mereka nggak tau apa-apa bagaimana cara mix and match (hehe) baju. Jadinya gaya mereka bakal norak banget. Contohnya, pake baju ijo, celana kotak-kotak, kaca muka biru (bukan kaca mata lantaran kacanya guede buanget sampe nutupin mukanya),nah norak nggak? Untuk alay cowok biasanya gaya rambutnya diwarnain jadi pirang yang tentu aja nggak cocok sama warna kulit mukanya yang sawo busuk. Gaya model gini bakal menimbulkan kesan the kill (dekil), kucel and the kumel. :D

Biasanya anak alay suka belaga tecnho dengan nenteng-nenteng HP seken nggak lupa kabel hedset nyantol ditelinga. Trus bergaya sok asik berlagak menikmati musik. Parahnya ternyata musik yang dengerin itu bernada metal gitu deh (melayu total).Hehe. Anak-anak alay juga dikenal dengan sikap mereka yang narsis alwas, dan pengen eksis dimanapun. Kaum alay biasanya punya acara "putu-putu narziz". entah itu di sekolah, WC, angkot kamar, stasiun,de el el. terus biasaya gaya fotonya diimut-imutin, pake cahaya terang banget biar jeleknya gak keliatan, difoto dari jarak deket banget, atau diambil dari atas biar keliatan keren. Mereka juga memiliki gaya yang unik (atau menyebalkan kalee ya -.-) dalam menulis sms. Sms yang seharusnya habis dibaca dalam 10 detik bisa nggak abis dibaca dalam 10 menit karena nggak tau apa maksudnya. Biasanya mereka nulis aku dengan akyu, aq, akko, aqwuh, de el el. Nulis maaf dengan mu'uph, muphs,de el el. Mereka juga biasanya nulis sms hurufnya dicampur antara huruf kecil sama gede. Mereka juga biasanya nyampurin angka sama huruf, makin bikin pusing aja deeh. Gitu deh kira-kira anak alay.

Be Yourself
Udah gak jamannya lagi generasi Islam ikut-ikutan gaya hidup orang non muslim. Ayo kembali kepada identitas kita yang asli sebagai remaja muslim. Dan menjalankannya dengan istiqomah. Ini dia beberapa tips untuk menjaga keistiqomahan kita.
1. Ngaji. darimana kita bisa tau aturan Islam kalo nggak ngaji.
2. Pilih-pilih temen. Jangan sampe sembarang milih temen, karena temen bisa turut ewarnai kehidupan kita.
3.Sabar. Dalam menjalankan keistiqomahan nanti pasti akan kita temui berbagai ancaman, hambatan, tantangan, dan gangguan. Baik dari orang lain maupun dari dalam diri kita sendiri. Sabar adalah sikap terbaik menghadapi semuanya.

~Salam Santun Ukhuwah fillah ^^

(Dikutip dari D'rise #09)
»»  READMORE...